Menata Hati
Bagaimana perasaan Anda ketika memasuki sebuah rumah namun rumah tersebut pemandangannya seperti kapal pecah? Tentu tidak nyaman bukan! memandangnya saja tidak nyaman, apalagi berlama-lama di sana! Hati kita ibarat sebuah rumah yang besar. Jika ruang di dalam hati kita seperti kapal pecah, bagaimana mungkin kita nyaman untuk berdiam diri, apalagi berbicara kepada Allah dari hati ke hati. 1 Sam 16:7 mengatakan bahwa Allah melihat hati. Jika demikian, pernahkah kita memikirkan bagaimana perasaan Allah ketika Ia melihat hati kita yang bagaikan kapal pecah?
Jika kita rindu untuk mengenal Allah dengan benar dan juga dikenal Allah, maka kita harus membiasakan diri untuk merasakan perasaan-Nya, sehingga hidup kita tidak lagi sesuka hati kita, tetapi sesuka hati-Nya. Dengan kata lain, di dalam hidup kita, di dalam segala hal yang kita lakukan, bukan lagi diri kita yang dominan dan membesar, tetapi Ia yang semakin membesar dalam diri kita, dan perkenanan-Nya yang mendominasi. Bagaimana cara mengetahuinya? Ya dengan cara melongok kepada hati kita apakah tertata dengan baik atau tidak. Dan bagaimana cara menata hati? ya melalui firman-Nya dan dengan berdoa!
Ketika hati kita tertata dengan baik melalui firman dan doa maka kita dapat menempatkan segala sesuatu di dalam hidup kita secara berkesesuaian, sebab kita menatanya dengan benar dan bijaksana karena menata di dalam dan seturut hati dan pikiran Kristus. Jika tidak, maka kita akan menata dengan hati, pikiran, dan kekuatan kita sendiri yang cendrung mengikuti keinginan-keinginan kita yang tiada habisnya, sehingga kita hidup di dalam ketidakpuasan dan kekhawatiran. Sebab inilah mengapa di dalam firman Tuhan dikatakan “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus (Filipi 4: 6-7).
Jadi, kehidupan doa kita erat hubungannya dengan bagaimana kita menata hati dan pikiran kita, yang berdampak bagaimana kita melihat dan menjalani kehidupan. Mengenai hal ini Siriakus Maria Ndolu mengatakan bahwa di dalam doa meditasi lah kita mengolah batin, menelusuri seluk beluk kekedalaman jiwa kita. Jadi, di dalam keheningan doa lah kita akan melihat keadaan hati secara jelas, sehingga kita dapat membuat hati kita sebagai lahan yang subur karena cinta kasih-Nya, merawatnya dengan baik, dan tertumbuhlah benih-benih yang telah ditabur dengan baik pula, kemudian berakar, berbunga, dan berbuah, bahkan berbuah lebat di dalam kehidupan kita.
Berdoa lah seperti doa meditasi yang telah diperkenalkan sebelumnya (Anda juga dapat berdoa dengan metode lain). Hubungkanlah hati dan pikiranmu dengan perasaan dan pikiran-Nya. Periksalah hati dan pikiranmu, dan katakanlah “Tuhan aku rindu engkau menata hatiku yang sering berjalan menuruti keinginanku ini. Biarlah hatiku ini senantiasa terhubung dengan hati-Mu, dan biarlah di dalam segala hal yang kulakukan senantiasa juga memikirkan hati-Mu”. Carilah waktu yang cocok untukmu berdoa, tatalah tempat tersebut sebagai gambaran kerinduanmu untuk menata hatimu, dan berdoalah!
Ev. Malemmita
Komentar
Posting Komentar