Discernment: Panduan Mengambil Keputusan


Setiap hari pasti kita diperhadapkan kepada pemilihan dan pengambilan keputusan yang menyangkut kehidupan kita, bahkan menyangkut kehidupan orang lain. Pengambilan keputusan yang dilakukan sendiri disebut discernment pribadi, sedangkan keputusan yang dilakukan bersama disebut discernment bersama. Discernment berasal dari bahasa latin discernere yang artinya memisahkan, membedakan dengan cermat, meneliti dengan seksama ketika mengambil suatu keputusan. Dalam Alkitab sendiri begitu banyak kata Discernment “Discern” yang dapat kita jumpai. Kata yang digunakan adalah δοκιμαζειν (Yunani ‘dokimazein’) yang dapat diartikan sebagai sebuah upaya melatih diri dalam memilih dan memilah bagaimana sebenarnya cara mengambil sebuah keputusan yang tepat berdasarkan kehendak Allah. Hal ini juga lah yang diserukan Paulus dari dalam penjara kepada jemaat di Filipi, bahwa mereka memilih sukacita dalam hal hidup bagi Kristus, senantiasa memuji dan memuliakan Allah adalah pilihan yang tepat dan tepat, dan ia sangat bersukacita karena itu, sehingga ia berkata “And this is my prayer: that your love may abound more and more in knowledge and depth of insight, so that you may be able to Discern what is best and may be pure and blameless for the day of Christ, filled with the fruit of righteousness that comes through Jesus Christ—to the glory and praise of God” (Filipi 1: 9-11 NIV).
Belajar dari Ignatius_sebelum memilih dalam mengambil keputusan ia meneliti terlebih dahulu secara mendalam, dan juga menggunakan sarana dan kriteria yang dapat membantunya. Menurut Wolft sarana dan kriteria tersebut ada empat hal yakni: pikiran, hati, nilai, dan waktu.
Pertama adalah Pikiran. Pikiran kita gunakan untuk mencari dan memikirkan secara mendalam semua hal yang berkaitan dengan persoalan yang ingin kita putuskan, menganalisis, mencari keobjektifannya, melihat dari sudut pandang tertentu,  mengumpulkan semua informasi, data maupun keterangan, mengungkapkan sebanyak mungkin segi positif ataupun negative sebagai pertimbangan, sehingga pemilihan dan pengambilan keputusan dapat dilakukan secara bijak dan lengkap. Menurut Wolf, dalam menentukan pilihan, orang Kristen mestilah meneladani Yesus dalam berpikir, merasa bahkan bertindak. Kita harus memiliki empat dimensi yang ada pada Yesus, yaitu inkarnasi (Yoh. 1:14; Fil 2:6-7 kerelaan memberi diri karena cinta, universalitas (menyelamatkan dan terbuka pada semua orang), dan menyatukan serta bersahabat dengan Allah.
Kedua, Hati atau Afeksi. Dalam mengambil keputusan haruslah menggunakan hati atau unsur afeksi (Luk. 2: 41-52). Meski pikiran obyektif meng-IYA-kan, jika hati tidak ingin, maka orang tidak akan mengambil keputusan itu. Hatilah yang memberikan dukungan internal kepada manusia untuk mengembangkan hidupnya meski banyak tantangan. Meskipun demikian, ada lapisan perasaan hati yang mesti diperhatikan; perasaan lapis luar (tidak menggambarkan apa yang di dalam, mudah berubah), lapisan terdalam (inti jiwa, kebenaran kebahagiaan terdalam, sentuhan dari Tuhan), dan perasaan lapisan tengah (kontras, tertawa meski sedih). Menurut Wolff, perasaan tengah merupakan kesadaran batin kita yang sulit didengarkan dalam keramaian, sehingga kita perlu berlatih; berdoa, berdiam, berefleksi atas keputusan yang kita ambil, apakah kita bahagia ataupun tidak.
Ketiga, Nilai atau Value. Nilai atau value adalah pegangan kita dalam hidup, tonggak dasar, basis dalam pemilihan kita. Nilai menjadi kerangka acuan yang berkesesuaian dengan gerak hati yang membantu pikiran kita terarah dalam melakukan pilihan, sehingga bila pilihan tidak sesuai pasti akan ditolak, keputusan yang tidak sesuai akan menjadi gelisah. Dalam Kekristenan yang menjadi nilai adalah ajaran Tuhan, yakni cinta kasih. Yang keempat adalah waktu. Diperlukan waktu agar keputusan tidak tergesa-gesa dan matang dalam analisannya, maka kita harus menyediakan waktu yang cukup.
Selain menggunakan pikiran (data dan alasan) serta hati (acuan nilai dan tujuan)_kita memerlukan sikap-sikap discernment yang harus diperhatikan yakni: bahan pemilihan yang akan dijadikan mestilah dirumuskan dengan jelas dan tegas, sikap seimbang (indifferent/bebas)_tidak ada kecendrungan batin memihak kepada satu hal yang sedang dijadikan pilihan. Lepas bebas, tidak terikat kepada sesuatu, kepekaan membedakan suatu tindakan, pemikiran, kehendak baik dan jahat, dari Tuhan atau bukan atau sering disebut kemampuan membedakan kehendak Roh. Selain itu, kita juga mesti memiliki kesadaran dan sensibilitas yakni kepekaan, hati dan afeksi. Dan yang paling penting adalah apakah pemilihan tersebut sesuai dengan kehendak Tuhan? Di mana kita menyadaricampur tangan Tuhan yang penuh kasih dan rahmat, sehingga kita perlu menyediakan waktu untuk hening di depannya, membuka hati, dan mohon terang serta petunjuk-Nya.
Setelah bebicara sarana, unsur, dan sikap dalam pengambilan keputusan, sekarang kita sampai kepada proses pemilihan itu sendiri, discernment pribadi. Proses pemilihan dimulai dengan berdoa, mengungkapkan bahan pilihan, melihat semua hal dengan teliti, menemukan kecendrungan, membawa kepada Tuhan, dan melihat gerak batin yang ada. Oleh karena itu, discernment pribadi ini dapat dilakukan bila kita mempunyai waktu tenang, sejenak melepaskan diri dari kesibukan kita, dan dalam keadaan hati yang tenang melakukan pemilihan. Kita terlebih dahulu juga bisa menyusun langkah-langkah yang membuat kita menjadi tenang, sehingga dalam kejernihan itu kita bisa melihat alternative yang terbaik atau kecendrungan, dan membawanya ke dalam doa (doa bisa dilakukan berkali-kali).
Salah satu syarat terjadinya discernment bersama adalah telah dapat melakukan discernment pribadi. Pengambilan keputusan dalam discernment bersama tentulah tidak mudah, memerlukan proses, mendasarkan diri pada pemikiran dan perasaan tiap anggota. Dalam discernment bersama diperlukan ada basis yang sama untuk semua, asas dasar, baik itu kerangka dasar yang berupa visi dan misi, interest, tujuan hidup, proyek bersama, keyakinan, kesepakatan, dsb. Selain itu, dalam discernment bersama mesti memerhatikan sikap keterbukaan terhadap berbagai cara, jalan, dan sarana. Terbuka dalam komunikasi, kemampuan doa, refleksi, berelasi dengan Tuhan juga menjadi bagian yang sangat penting. kadang diperlukan juga nara sumber dari luar yang memberikan informasi maupun masukan. Dalam discernment bersama persoalan atau bahan yang diungkapkan mesti diungkapkan dengan jelas, di tempat dan waktu yang tepat.
Proses discernment bersama sebenarnya adalah discernment seseorang yang dibantu oleh kelompok. Di mana, dalam pengambilan keputusan_masing-masing anggota melakukan discernment pribadi, mensharingkan, dan melakukan bersama. Salah satu contohnya dapat di lihat di dalam kisah pemilihan Matias sebagai pengganti Yudas (Kis. 1:15-26). Ketika itu sudah ada dua calon kuat yakni Matias dan Yusuf, kemudian umat berkumpul yang dipimpin oleh Petrus. Petrus mengungkapkan soal berkenaan dengan pilihan, umat dan Petrus berdoa kepada Tuhan dan kemudian mengadakan pemilihan.  Dalam discernment bersama, pemimpin mestilah seimbang, tidak berat sebelah, dan peka terhadap gerakan Tuhan yang dirasakan oleh para peserta pengambilan keputusan.
Memilih dan mengambil keputusan secara tepat memang tidak mudah. Selain hal-hal yang telah diungkapkan di atas, masih ada hal-hal penting yang mesti diperhatikan seperti tingkat kedewasaan seseorang, tingkat pendidikan_ tingkat pendidikan yang dimaksudkan adalah pengetahuan dan ketrampilan seseorang dalam memecahkan persoalan. Selain itu yang tidak boleh ketinggalan adalah kompleksitas persoalan, diperlukan ketrampilan untuk memisah-misahkan, menganalisis unsur-unsur terkait, berani mengambil resiko, memiliki karakter yang teliti, tegas dan disiplin serta memiliki pengalaman. Pengalaman seseorang dalam mengadakan pemilihan dan pengambilan keputusan sebelumnya sangat menentukan proses berikutnya. Orang yang sejak kecil tidak pernah diberi kesempatan untuk memilih_apa-apa dipilihkan oleh orang tua, jelas akan mendapatkan banyak kesulitan dalam pemilihan atau pengambilan keputusan. Kiranya Tuhan yang menolong dan memampukan setiap kita untuk mengambil keputusan-keputusan yang tepat dan benar dalam kehidupan kita. Tuhan Memberkati.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TUHAN Menjamin Penyertaan-Nya: Sebuah Tafsir dari Yesaya 43: 1-7

Teologi Bencana

Menang Bersama Mengatasi Penderitaan (Roma 8: 18-25)