Menang Bersama Mengatasi Penderitaan (Roma 8: 18-25)

 BERTANGGUNG JAWAB UNTUK HIDUP DALAM PERSEKUTUAN ~ Murid Sejati

Menyoal istilah ketika membicarakan ataupun membahas sesuatu itu penting. Sebab masing-masing kita telah memiliki sudut pandang dan paradigma sendiri ketika melihat maupun mendengar sesuatu entah itu benar ataupun salah. Hal ini kemudian akan sangat berpengaruh ketika kita mengeksplorasi dan memaknai sesuatu, dan bahkan akan berpengaruh sangat kuat terhadap motivasi dan tujuan kita melakukan sesuatu. Oleh karena itu, ketika membicarakan sebuah topik, mesti jelas atau minimal diberi penjelasan terlebih dahulu apa maksud dari istilah-istilah yang dipakai, yang sekiranya istilah tersebut memiliki dampak penting di dalam pembicaraan ataupun pembahasan yang akan dilakukan. Dengan demikian, maka penting sekali, sebelum membahas lebih dalam mengenai bacaan kita hari ini kita perlu terlebih dahulu mengulik apa yang dimaksudkan dengan tema “Menang Bersama Mengatasi Penderitaan” atau dengan kata lain, di sini, apa yang dimaksud dengan “penderitaan dan bersama”?

Pertama, mengenai penderitaan. Di dalam bacaan kita hari ini terdapat satu kali secara eksplisit yang mengungkapkan tentang penderitaan yakni Roma 8: 18-19 di mana dikatakan “Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita. Sebab dengan sangat rindu seluruh makhluk menantikan saat anak-anak Allah dinyatakan”. Di sini, kata yang digunakan oleh KJV maupun NIV untuk merujuk kepada penderitaan adalah suffering, atau dalam bahasa Yunaninya pathema

Mengenai suffering, Anggarani Paramitha di dalam salah satu tulisannya “Pain and Suffering” mengatakan “There's a difference between pain and suffering. Pain is in the body. Suffering is in the mind and it feels infinite.” Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa walaupun pain and suffering sama-sama berbicara tentang penderitaan, tetapi penderitaan yang dimaksudkan memiliki perbedaan, suffering lebih berbicara tentang penderitaan yang berkaitan erat dengan hati, pikiran, dan mentalitas, penderitaan psikis. Sementara pain lebih berbicara tentang penderitaan fisik, yakni ketika tubuh mengalami sakit ataupun kesakitan karena sesuatu.

Dengan demikian melalui ayat 18-9 ini Paulus mau menekankan kepada jemaat di Roma bahwa penderitaan-penderitaan yang mereka alami yakni penderitaan batin, mental, hati dan pikiran karena mereka mengikut Yesus tidak akan seberapa dibandingkan kemuliaan yang akan mereka terima nantinya. Dave Hagelberg mengatakan bahwa di sini Paulus mau membagikan pengalamannya kepada jemaat di Roma tentang penderitaannya, dan ia mau mengatakan bahwa hal tersebut tidak seberapa dibandingkan kemuliaan di dalam kekekalan nantinya. Paulus sebagai penulis surat Roma hendak menyemangati jemaat tersebut untuk terus maju dan bertumbuh di dalam iman di tengah penderitaan yang mereka alami oleh karena tekanan dari berbagai pihak dan juga dari pemerintahan Roma sendiri yang pada saat itu begitu tidak menyukai kekristenan. Paulus rindu, meskipun  mengalami  banyak  tekanan, agar  orang-orang percaya pada waktu itu   mempertahankan  cara hidup  yang  berbeda  dari  lingkungan  sekitarnya, tetapi hidup di dalam kebenaran sesuai dengan Injil Kerajaan Allah.

Jika kita perhatikan dengan seksama bacaan kita hari ini, maka sebenarnya Paulus tidak hanya berbicara tentang penderitaan suffering, tetapi juga pain.  Di dalam ayat 22 dikatakan “We know that the whole creation has been groaning as in the pains of childbirth right up to the present time.” Di di sini kata penderitaan yang digunakan adalah pains, yang berarti sakit, menderita karena tubuh terasa sakit, yakni sakit bersalin. Jadi, penderitaan yang dimaksudkan oleh bacaan kita hari ini tidak saja penderitaan secara psikis tetapi juga penderitaan secara fisik, penderitaan paket komplet, tubuh juga menderita, batin juga menderita.

Jika dibahasakan ulang maka Paulus seakan berkata bahwa penderitaan apa pun dan sehebat apa pun penderitaan itu di dalam hidup ini, ia yakin hal itu tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita (ay. 18),  karena dibalik penderitaan selalu ada pengharapan. Menurut Bob Utley, kata “yakin” pada ayat 18 ini berbentuk present middle indicative  yang berarti Paulus hendak melanjutkan pemikiran mengenai implikasi dari penderitaan orang-orang percaya sebagai pengikut Kristus. Kata ini dimaksdukan untuk mempertegas sebuah keyakinan dengan sebuah kesimpulan yag telah diteliti dengan seksama.

Jika kita baca kitab Roma dengan lebih teliti, kita akan menemukan bahwa kata yakin ini sering berulang dibahas (Roma 1: 16, 4: 21, 8: 38, dsb), yang hendak memesankan kepada setiap kita bahwa orang-orang percaya harus hidup dalam terang kebenaran iman yang dipahami apa pun yang terjadi. Kita harus hidup dan dengan penuh keyakinan bahwa dibalik hal yang kita alami selalu ada pengharapan. Oleh karena pentingnya pengharapan ini, maka di dalam bacaan kita hari ini pun sebanyak lima kali disebutkan tentang pengharapan. Hal ini juga mengingatkan kepada setiap kita bahwa hidup berpengharapan mestinya menjadi salah satu ciri khas kita sebagai pengikut-pengikut Kristus.

Kedua, yang mesti kita kulik lebih jelas mengenai tema kita hari ini adalah mengenai kata “bersama,” menang bersama apa atau dengan siapa yang dimaksudkan? Menurut Bob Utley, salah satu topik besar yang menjadi pembahasan dari Roma pasal 8 adalah mengenai Roh yakni Roh Allah yang disebut juga dengan Roh Kristus. Dan mengenai Roma 8: 18 Utley mengomentari bahwa “yang akan dinyatakan pada kita” berupa bentuk kata passive deponent voice, yang  menunjuk pada Allah atau Roh sebagai pelaku. Dengan kata lain, pengharapan, kemuliaan, ataupun kemenangan yang kita peroleh itu adalah inisiatif Allah yang tentunya juga mengikutsertakan respon kita sebagai orang-orang yang beriman pada-Nya. Jadi, dapat dikatakan bahwa kemenangan kita mengatasi penderitaan hanya dapat kita peroleh karena Allah, Roh-Nya yang berkarya di dalam kita yang menuntut respon iman kita pada-Nya di dalam segala situasi melalui laku iman dan hidup kita. Oleh sebab itu tidak mengherankan LAI juga memberikan tema besar perikop pasal 8 ini dengan “hidup oleh Roh”.

Demikian, jika kita rindu untuk menang mengatasi penderitaan baik secara pribadi maupun secara komunal maka tidak ada cara lain selain kita mesti hidup di dalam Dia, hidup oleh Roh. Bagaimana caranya? Pertama adalah menuruti keinginan Roh yakni hidup di dalam damai sejahtera dan perkenanan Allah, hidup bersama-sama dengan Kristus (Roma 8: 1-17). Dengan kata lain, di dalam setiap aspek kehidupan kita kita memerhatikan perkenanan Allah, perasaan-Nya, serta melibatkan-Nya senantiasa. Kedua, hidup oleh Roh berarti, kita hidup mesti senantiasa memeriksa diri kita melalui kehidupan doa dan firman-Nya (Roma 8: 26-27). Dengan kata lain, kehidupan doa dan baca firman serta merenungkannya mesti menjadi gaya hidup kita sebagai orang percaya.

Pertanyaannya, sebagai pribadi, sebagai komunitas, sebagai gereja, apakah selama ini kita telah hidup di dalam dan oleh Roh sebagaimana disebutkan di atas? apakah di dalam setiap apa yang kita pikirkan dan lakukan senantiasa juga memikirkan perasaan-Nya, apa katanya tentang kita atau tidak? Dan apakah selama kita kita telah hidup dengan tekun berdoa dan baca firman atau tidak?

Bapak/Ibu/Sdr apakah pernah mendengar lagu “Ein Schiff das man gemeinde nent”? Lagu ini  adalah salah satu lagu hymne yang sangat terkenal, yang kemudian diterjemahkan oleh YAMUGER ke dalam bahasa Indoneia yang kita kenal dengan judul “Gereja Bagai Bahtera”(NKB 111).  Bait yang kelima NKB 111 ini, begitu mencuri perhatian saya, yang berbunyi;

 

“Gereja bagai bahtera di laut yang seram,

mengarahkan haluannya ke pantai seberang.

Hai ‘kau yang takut dan resah, ‘kau tak sendirian;

teman sejalan banyaklah dan Tuhan di depan!

Bersama-sama majulah, bertahan berteguh;

tujuan akhir adalah labuhan Tuhanmu!”

Lagu ini mengingatkan setiap kita, bahwa kita adalah gereja, setiap kita yang ada di dalam persekutuan ini adalah gereja, kita tidak sendirian, kita bersama-sama dengan Tuhan, bersama-sama dengan rekan-rekan seiman kita yang lainnya di dalam mengarungi lautan kehidupan ini yang penuh dengan tantangan-tantangan bahkan penderitaan. Namun, apa pun tantangan bahkan penderitaan itu, kita pasti akan menang, karena kita bersama-sama dengan Allah, bersama-sama dengan rekan seiman kita. Dengan bahtera kita, gereja maupun komunitas kita, kita pasti akan sampai di pelabuhan abadi itu, pelabuhan Tuhan, kemuliaan-Nya yang akan dinyatakan kepada setiap kita sebagaimana bacaan kita hari ini. Oleh karena itu, mari kita senantiasa mendorong diri kita untuk hidup di dalam-Nya dan senantiasa saling support, mendoakan, dan memerhatikan antara satu dengan yang lainnya. Mari kita mendayung bahtera ini bersama-sama di bagian apa pun yang Tuhan telah tempatkan kita di dalam bahtera, gereja ini. Tuhan Yesus memberkati.

Ev. Malemmita

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TUHAN Menjamin Penyertaan-Nya: Sebuah Tafsir dari Yesaya 43: 1-7

Sejarah Natal yang Menyejarah

Teologi Bencana