Meditasi Kristiani (1)

 


Di dalam buku Konsepsi Visi 2003 GKI SW Jabar dikatakan bahwa Core Business Gereja atau dapat dibahasakan ulang menjadi Inti kehidupan Kristiani yang paling pertama, utama, dan mendasar adalah perjumpaan manusia dengan Allah (spiritualitas). Oleh sebab itu, sebagai orang percaya perjumpaan dengan Allah mestinya adalah sebuah keniscayaan. Di dalam bukunya Six Way Being Religious, Dale Cannon mengatakan setidaknya terdapat enam model/metode (yang tentu saja tidak dapat dimutlakkan) di mana seseorang dapat mengalami perjumpaan dengan Allah. Salah satu model tersebut sering dikenal sebagai jalan spiritualitas meditatif-kontemplatif.

Jalan spiritulitas model doa meditatif-kontemplatif ini bukanlah hal baru di dalam dunia Kekristenan. Bapa-bapa apostolik dan Kapadokia telah melakukannya, seperti Origenes ( 3 SM), Gregorius Agung (4 SM), S. Antonius, S. Basilius Agung, S. Yoanes Krisostomos, dsb. Bahkan model spiritualitas doa meditatif-kontemplatif ini berakar kuat di dalam firman Tuhan. Salah satunya dapat kita temukan di dalam Mazmur 1: 1-6, sebuah Mazmur yang sangat terkenal yang berbicara tentang apa itu kebahagiaan yang sejati.

Di dalam Mazmur 1: 1-6, tepatnya pada ayat 2 dikatakan bahwa orang yang berbahagia adalah orang yang kesukaannya adalah Taurat TUHAN dan merenungkan Taurat itu siang dan malam.  Tetapi jika kita perhatikan bahasa Ibrani dan bandingkan dengan berbagai terjemahan maka akan tampak perbedaannya, apa yang dimaksud dengan merenung di sini: 1). But his delight is in the law of the LORD; and in his law doth he meditate day and night (KJV), 2). But his delight is in the law of the LORD, And in His law he meditates day and night (NAS), 3). But his delight is in the law of the LORD, and on His law he meditates day and night (NIV). Beberapa terjemahan ini menerjemahkan kata merenungkan dengan meditates (meditasi) yang berasal dari bahasa Ibani hagah yang dapat diartikan dengan diam, hening, teduh, meratapi, bergumam, berimajinasi, dan ngebatin. Kata hagah juga merupakan sebuah kata kerja yang maksudnya adalah merenung (meditasi) adalah sebuah kegiatan yang harus dilatih dan dilakukan terus menerus, sehingga ketika seseorang sudah terlatih bermeditasi di tempat hening, maka melakukannya di tempat-lain lain yang ramai sekalipun tidak akan menjadi masalah.

Mengenai meditasi dalam hubungannya dengan kontemplasi, di dalam bukunya “Menemukan Allah di dalam segala sesuatu,” William Barry mengatakan bahwa Meditasi bukan hanya sekedar diam dan merenung, tetapi bagaimana merasakan kehadiran diri seutuhnya pada saat ini di tempat ini, yang berkelanjutan di dalam keseharian hidup. Sehingga ketika seseorang dapat menyadari kehadiran dirinya, maka ia pun dapat menyadari kehadiran Yang Lain yakni Allah sendiri. Sebab jika tidak merasakan kehadiran diri, maka seseorang hanya akan memikir-mikirkan dan membayang-bayangkan-Nya saja, sehingga sebenarnya ia tidak mengalami perjumpaan dengan Allah, tetapi tenggelam di dalam konsep dan pemikirannya sendiri.

Ketiadaan perjumpaan dengan Allah akan mengakibatkan kekeringan spiritualitas yang tentu sangat berpengaruh pada bagaimana seseorang menjalani kehidupannya. Apalagi pada zaman modern ini yang menuntut kita lebih menekankan pikiran daripada perasaan. Akibatnya banyak orang, termasuk orang-orang percaya biasa lebih mengasah pikirannya, sehingga kepalanya lebih besar daripada hatinya (perasaannya). Untuk itu, sebagai murid-murid Kristus yang rindu untuk terus dibaharui-Nya, berjalan di dalam kebenaran-Nya, maka perjumpaan dengan-Nya adalah sesuatu yang mutlak. Hal ini harus dialami, dan salah satunya melalui kehidupan spiritualitas doa meditatif-kontemplatif dibarengi dengan pembacaan firman TUHAN ataupun ketika melakukannya dipandu dengan firman TUHAN. Selamat menelusuri perjalanan doa yang menyenangkan dan menggairahkan bersama-Nya.

Ev. Malemmita P

 

Sumber (untuk studi lebih lanjut):

A.     Heuken SJ (2002). Spritualitas Kristiani: Pemekaran Hidup Rohani selama dua puluh abad

A. Barry, William (2000). Menemukan Tuhan Dalam Segala Sesuatu

Cannon, Dale (1996). Six Way Being Religious

De Mello, Anthony (1998). Awareness

Ndolu, Sirikus Maria (2014). Meditasi Kristiani

 

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

TUHAN Menjamin Penyertaan-Nya: Sebuah Tafsir dari Yesaya 43: 1-7

Sejarah Natal yang Menyejarah

Iman dan Rasionalitas