What A Friend We Have in Jesus


Waktu terasa begitu cepat berlalu, tidak terasa sudah hampir setahun saya di “sini,” saya masih ingat dengan jelas. Ketika itu, 30 Juli 2017 di dalam pesawat Batam-Yogyakarta, di dalam hati dan pikiran saya terlintas sebuah lagu “What a Friend We Have in Jesus”. Lagu ini diciptakan pada tahun 1855 oleh Joseph Scriven. Dia mengalami pergumulan hidup yang amat menyesakkan, tetapi dapat menciptakan lagu yang begitu indah kepada Tuhan. Waktu muda, begitu banyak peristiwa yang menyedihkan hatinya. Calon istrinya tenggelam sehari sebelum mereka menikah. Seiring berjalanya waktu, ia pun menemukan tambatan hati dan hendak menikah, namun beberapa hari sebelum menikah tiba-tiba tunangannya jatuh sakit dan meninggal. Tidak hanya itu, bekerja jauh dari kampung halamannya, ia mendapat kabar bahwa ibu joseph mengalami sakit di rumahnya. Mementingkan pekerjaan Tuhan di seberang lautan Joseph menuliskan sebuah syair “What a Friend We Have in Jesus” untuk menghibur hati ibunya.

Jika direnungkan, bukan secara kebetulan lagu ini terlintas dalam pikiran saya. Saya sangat senang menuju jalan panggilan saya dan itu pasti. Tapi, di sisi lain saya juga sedih, harus jauh dan meninggalkan komunitas, dimana selama ini sudah menjadi sarana tempat saya dibentuk dan bertumbuh. Saya sedih harus berpisah dengan orang-orang yang sangat saya sayangi dan menyayangi saya. Sambil mata berkaca-kaca saya tiada hentinya berdoa bagi setiap teman-teman pemuda, LG, OSTM, Tim Musik, Gangster dll. Tak jarang dalam kehidupan iman saya yang kadang bergejolak, mereka selalu ada untuk saya. Kiranya rahmat, kasih setia Kristus Sang sahabat sejati itu selalu menolong dan menemani kita setiap saat dalam pergolakkan hidup yang carut-marut ini. Kiranya Kebahagiaan, damai sejahtera, kekuatan dan suka-cita senantiasa menaungi saudara semua, sehingga saudara semakin bertumbuh dan dewasa dalam Tuhan.

“What a Friend We Have in Jesus” atau Yesus sahabat yang sejati adalah salah satu lagu yang sangat saya sukai, liriknya begitu menyatu dengan pergumulan saya dan mengisaratkan betapa Yesus adalah benar-benar sahabat sejati saya. Seorang teman pernah berkata pada saya “Manusia pada suatu titik pasti juga akan mengecewakan dan pada akhirnya hanya Yesus saja yang benar-benar setia,” saya mengamini hal tersebut. Dua belas tahun lalu, semenjak saya mulai mengenal Yesus, perlahan dari waktu ke waktu saya menjalin persahabatan dengan Dia. Tetapi dalam persahabatan ini, kerap kali saya menyakiti perasaan-Nya. Pada titik ini, sungguh saya sangat merasa susah hati! Bagaimana tidak, seburuk apapun perlakuan saya dalam persahabatan kami, Dia selalu setia dan ada untuk saya dan selalu bersama-sama saya dan menyertai saya, bahkan sampai titik terendah dalam kehidupan saya. Suatu anugerah, kesempatan dan tanggung jawab yang begitu besar dalam kehidupan saya yang singkat ini. Sampai saat ini Dia selalu berbicara lembut kepada saya, saya selalu bercerita dan mendengarkan Dia. Saya yakin Dia juga berbicara kepada sahabat-sahabat sekalian, duduk tenang sejenak, berkatalah dalam hati “Ya Yesus sahabatku, berkatalah kepadaku, aku siap mendengarMu”. Sebagaimana Dia hadir dalam hidup saya; masa lalu, masa kini dan masa depan saya. Yesus juga hadir dalam kehidupan saudara, dengarkanlah Dia. Pikulah kuk yang enak yang dipasang oleh oleh-Nya, belajarlah dari pada-Nya. Dia lemah lembut dan rendah hati dan saudara akan mengalami ketenangan jiwa.


Sebuah Puisi Untuk Para Sahabat
Apakah kita benar-benar mencintainya
ataukah sebenarnya kita mencintai diri sendiri,jikalau kita
“mengekriteriakan” cinta itu sendiri yang berdasarkan kriteria kita
Mencintai itu berjuang; bukan hanya untuk mendapatkannya
tetapi juga menaklukkan diri sendiri.

Selamat Merayakan Hidup

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TUHAN Menjamin Penyertaan-Nya: Sebuah Tafsir dari Yesaya 43: 1-7

Sejarah Natal yang Menyejarah

Teologi Bencana