Menjadi Gereja yang Sederhana
1
GEREJA YANG SEDERHANA
Di tengah kompleksitas, temukan kesederhanaan.
-Albert Einstein-
Gereja kadang terlihat seperti “peti
mati”, yang terjebak dalam banyak kompleksitas dan penyamaran yang luar biasa. Kesibukan
gereja acapkali menjadi tempat persembunyian yang baik untuk menutupi ketiadaan
hidup, terlalu kacau sehingga jemaat dibuat terlalu sibuk membuat gereja
daripada menjadi gereja. Oleh karena itu, gereja harus kembali kepada Pemuridan
Yesus, pemuridan yang sederhana. Gereja perlu terus bertanya pada diri sendiri,
apakah orang-orang di gereja diubahkan? Apakah gereja menghasilkan murid-murid
yang sejati, seperti murid yang dihasilkan oleh Yesus? Atau semua orang sibuk
sendiri-sendiri? Dalam paper ini penulis akan memaparkan fakta-fakta yang
terjadi di seputaran gereja yang secara keseluruhan diambil dari buku Simple Church, karya Thom S. Rainer dan Eric Geiger. Dengan harapan agar gereja tidak terperangkap dalam Skizofrenia pelayanan, serta berproses dengan dalam dan luas, dalam
kepelbagaian konteks pelayanannya, sehingga gereja dapat bertumbuh dengan baik
dalam kesederhanaanya.
Pendeta
Rush sangat
tidak suka dengan apa yang dirasakannya sekarang. Buku catatan
yang terletak dipangkuannya dipenuhi dengan segala hal yang dia pelajari dan segala
hal yang ingin ia lakukan di masa depan, tetapi pikirannya dipenuhi dengan
detail-detail kegiatan yang harus dilakukanya sepanjang minggu ini. serentetan kegiatan gerejawi maupun kegiatan yang lain telah menunggunya, dan bahkan keseluruhan kegiatan tersebut seakan-akan membebaninya. Namun, ia sadar Allah
telah memberikannya hasrat yang tak terpadamkan bagi gereja, untuk firman dan
untuk anggota jemaat. Ia tahu bahwa Allah memilihnya untuk melayani gereja. Ia
masih melayani. ia masih memiliki beban yang kuat. Seruan untuk memuridkan bagi
Kristus melalui pelayanan gereja lokal
masih ada dalam hatinya. Keyakinan itu tidak pernah berkurang, malah kian
bertumbuh. Tetapi ia tahu ada banyak hal yang telah di letakkan sejajar dengan
keyakinan itu, bahkan di letakkan di atasnya. Ia berdoa
dan berfikir. Beberapa pertanyaan kemudian muncul. Apakah orang-orang di gerejanya diubahkan? Apakah gerejanya
menghasilkan murid-murid yang sejati, seperti murid yang dihasilkan oleh Yesus?
Atau semua orang sibuk sendiri-sendiri?
Ironisnya, banyak anggota jemaat yang lapar dengan sesuatu yang sederhana karena dunia begitu kompleks. Jumlah informasi yang dapat diakses terus bertambah. Kemungkinan begitu berintraksi dengan seluruh dunia sekarang menjadi mungkin. Teknologi secara konsisten berkembang pesat. Hasilnya adalah dunia yang rumit dengan kehidupan yang kompleks dan sibuk.Di tengah-tengah kerumitan itu, manusia merindukannya, mencarinya, membayar untuk mendapatkanya bahkan memimpikanya, yakni kesederhanaan.
Apple adalah
pioneer kesederhanaan. Apple telah menjadi bagian dari revolusi melawan
keruwetan, mendorongnya melalui kemajuan teknologi. Ambilah Ipod dan temukan
sebuah tombol besar. Hubungkan dengan computer Apple dan musik akan secara otomatis terunduh, hubungkan kabel usb Anda
dengan USB port, dan Anda sudah siap
mendengarkan lagu-lagu.”Plug and Play,”
Mantra dari generasi computer yang haus akan kesederhanaan. Google adalah
salah satu perusahaan yang berkembang
paling pesat dalam sejarah Amerika. Google
telah menghasilkan teknologi canggih di balik pencarian internet yang sederhana
dan cepat bagi para penggunanya. Ketenaran Google
meningkat pesat ketika pengguna Web menggunakan mesin mesin pencari Google. Masyarakat mencintai dan merespon
penampilan mesin pencari Google yang
sederhana. Begitu juga dengan Desain grafis, Southwest Airlines, Papa Jhon’s, Desain Interior, dan Guru-guru pemasaran, dan sebagainya.
Kebanyakan gereja terlalu sibuk untuk
menyadarinya. Mereka berada jauh dari pusat pergerakan, ditarik menjauh dari
revolusi yang berkembang. Ini tidak dimaksudkan bahwa pendekatan pelayanan yang sederhana berarti sebuah
perubahan dalam doktrin yang sehat, alkitabiah, dan ortodoks di gereja-gereja
yang bertumbuh. Ini juga tidak dimaksudkan bahwa gereja-gereja harus menjadi sederhana karena tren atau
digandrungi secara kultural. Gereja yang sederhana tidak meniru dunia untuk menjangkau
dunia. Sebab dunia kita tidak sederhana. Setiap hari kita
menerima informasi dan mengambil keputusan yang sangat banyak. Sepertinya dunia
menjadi semakin kecil dan semakin kecil saja. Di tengah-tengah keriuhan, ketergesahan,
perubahan, kesibukan, dan semua kepastian, manusia merindukan kesederhanaan. Oleh karena hal-hal di sekiling kita
sangat tidak menentu dan di luar kendali maka manusia merespon pada
kesederhanaan. Kesibukan dan kompleksitas hidup membuat kesederhanaan menjadi
sesuatu yang sangat langka, besar , sesuatu yang dingingkan . Secara intuisi,
gereja-gereja yang sederhana mamahami hal ini. Dan mereka menjawab panggilanya
untuk menjadikan segala bangsa murid-Nya, mereka telah mengimplementasikan
sebuah rencana sederhana untuk pelayanan gereja. Mereka telah merancang sebuah
proses sederhana untuk menjangkau dan mendewasakan anggota jemaat. Dengan
demikian, gereja-gereja ini berhasil menarik perhatian dan komitment anggota
jemaat.
Fondasi teologi dan filosofis
yang kuat sangat penting supaya proses yang sederhana punya tempat
berpijak. Sebagai contoh, Allah telah memilih
sebuah proses yang berurutan yang tertib ketika Ia menciptakan alam semesta. Ia
juga merencanakan periode pertumbuhan dan perkembangan ciptaan-Nya, termasuk
Manusia, terjadi dalam proses. Pertumbuhan rohani (pengudusan) adalah proses
orang percaya yang ditransformasi menjadi serupa dengan Kristus. Gereja-gereja
sederhana telah memilih menyesuaikan diri dengan cara Allah. Mereka telah
memilih untuk bermitra dengan proses pemuridan yang dinyatakan dalam Alkitab.
Mereka telah memilih untuk membangun gereja-gereja mereka dengan proses yang
sederhana.
Pelayanan itu memang tidak mudah.
Pelayanan itu sangat rumit dan sulit, karena manusia itu sulit dan rumit.
Sebuah proses sederhana tidah mudah dimplementasikan atau dipertahankan. Kepemimpinan
dalam sebuah gereja lokal sangat
menantang. Memimpin sebuah sebuah gereja lokal tidaklah mudah atau sederhana,
tetapi strategi gereja tidak perlu rumit. Rancangan pelayanan dapat dan
seharusnya sederhana.
Jika ada yang tahu tentang sederhana,
orang itu pastilah Yesus. Ia seorang revolusioner sederhana yang tulen. Ia
masuk ke dalam kehidupan beragama yang rumit dan telah tercemar. Hal itu
menimbulkan permasalahan dengan orang saduki, Farisi, Herodes, Zelot dan Eseni.
Ia tidak bermain dengan aturan mereka. Ia tidak tahan dengan kemunafikan
mereka. Ia lebih suka menghabiskan waktu dengan para pemungut cukai dan
orang-orang berdosa. Yesus memiliki kemampuan
untuk meluruskan kerumitan tersebut dan menyederhanakanya. Sebuah contoh yang
sangat baik dapat ditemukan di dalam Matius 22:37-40, di mana Yesus menyampaikan
apa yang sebelumnya telah diketahui sebagai perintah yang utama. Dia membuat mereka bungkam dengan hikmat-Nya(Mat.22:34).
Pikirkanlah signifikansi dari
peristiwa tersebut. Ia mengatakan seluruh hukum Taurat (dan ia menambahkan
kitab para nabi) terangkum dalam frase yang sederhana dan sempurna ini. Ia
tidak sedang merendahkan standar dari hukum Taurat. ia juga tidak
menghapusanya. Ia menangkap semua spiritnya, semua esensinya, di dalam satu
pertanyaan. Ia mengatakan bahwa semuanya
bergantung pada hal ini. ia merangkum 613 perintah itu menjadi dua.
Yesus menggunakan hukum Taurat yang rumit dan telah berkembang dan membuatnya
menjadi sangat sederhana.
Yesus adalah seorang rabi, seorang
guru. Dalam budaya Yahudi masing-masing Rabi memiliki sebuah kuk pengajaran.
Kuk-Nya berarti pengajaran-Nya, Maksud-Nya, dan pesan-Nya. Banyak Rabi yang
meletakkan kuk pengajaran yang sangat mustahil untuk dilakukan dan legalistik
pada orang lain. Kuk-kuk ini mendorong orang lebih menjauh dari anugrah Allah
daripada mendekatkanya. Kuk-kuk ini membosankan dan mematikan orang. Suatu hari
Yesus merasakn keadaan ini dan berseru kepada khalayak ramai; “Marilah
kepada-Ku, semua yang letih lesu, dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan
kepadamu. Pikullah kuk yang kupasang dan belajarlah kepada-Ku, karena Aku lemah
lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang
Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan (Mat. 11:28-30)”. Yesus berkata Bahwa
kuk-Nya ringan. Pengajaran-Nya sangat kontras dengan pengajaran keagamaan
rabi-rabi pada masa itu. Yesus tidak menawarkan aturan main yang rumit dan
panjang, ritual-ritual, dan regulasi-regulasi. Yesus menawarkan anugrah. Ia
menawarkan sebuah relasi yang sederhana dengan Allah.
Agar gereja menjadi sederhana, para
pemimpin harus yakin bahwa segala hal yang dilakukan oleh gereja semuanya
saling melengkapi dan sesuai untukk menghasilkan hidup yang berubah. Mereka
harus merancang proses sederhana yang akan menarik semua hal menjadi satu proses
sederhana yang membuat anggota jemaat bergerak menuju kedewasaaan rohani.
Para pemimpin gereja sederhana adalah
perancang. Mereka merancang kesempatan-kesempatan untuk pertumbuhan rohani.
Para pemimpin gereja kompleks adalah programmer. Mereka menjalanakan program
pelayanan. Para pemimpin gereja yang adalah programmer hanya fokus pada satu
program saja pada satu waktu.Tujuan mereka, walaupun tidak pernah dinyatakan,
adalah membuat setiap program menjadi yang terbaik. Para pemimpin gereja yang
adalah perancang fokus pada hasil akhir, gambar secara keseluruhan. Mereka
memperhatikan apa yang terjadi diantara program-program sama seperti
memperhatikan program tersebut.
Untuk memiliki gereja sederhana, Anda
harus merancang proses pemuridan yang sederhana. Proses tersebut harus jelas.
Harus bisa menggerakkan jemaat menuju kedewasaan rohani. Harus diintegrasikan
seluruhnya ke dalam gereja Anda, dan Anda harus menyingkirkan kekacauan yang
ada di sekelilnganya. Tentu saja lebih mudah menulis dan
membaca paragraph tersebut daripada mewujudnyatakan hal tersebut. Para pemimpin
gereja bergumul dengan proses penerapannya. Bahkan pada kenyataaanya, para
pemimpin gereja mengakui hal tersebut sebagai pergumulan pelayanan mereka yang
paling besar. Mereka paling lemah dalam merancang proses yang komprehensif
untuk gereja mereka. Jadi tidak mengherankan jika kebanyakan gereja menjadi
stagnan atau merosot. Memang akan sangat sulit untuk bisa melihat hutan jika kita sering
berbenturan dengan pepohonan. Selamat berefleksi
Soli Deo Gloria
Blessings, Malemmita
Thom S. Rainer dan Eric Geiger, Simple
Church: Kembali ke Proses Pemuridan Yesus.,(Malang: Literatur SAAT, 2016) 1-277.
http://doktersehat.com/apa-itu-skizofrenia/
Komentar
Posting Komentar