Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2019

Teologi Bencana

Gambar
PENDAHULUAN Tentu masih segar di ingatan kita mengenai sederetan bencana alam yang terjadi di sekeliling kita yang menelan ribuan korban; gempa bumi dan tsunami di Aceh 2004 yang lalu, gempa di Nias tahun 2005, gempa di Yogyakarta tahun 2006 silam, gempa di Palu tahun 2018 yang lalu, dan banjir bandang di Jayapura baru-baru ini, dan sebagainya. Bukan hanya bencana alam, bencana sosial juga tidak lekang dari kehidupan kita; peristiwa bom Bali I, peristiwa bom di tiga gereja di Surabaya tahun 2018 yang lalu, dan yang baru-baru ini terjadi yakni penembakan di Mesjid Christ Church di Selandia baru yang menelan puluhan korban, dan parahnya lagi, ketika melakukan aksinya sang pelaku menyiarkan aksinya secara langsung di media sosial. Orang-orang kemudian bertanya “di mana Tuhan saat manusia menderita, saat manusia mengalami berbagai deraan bencana?” Pertanyaan tersebut tentu melahirkan berbagai macam jawaban, dan tidak sedikit orang kemudian jatuh kepada sikap fatalisme: terjebak

Spirituality and The Body

Gambar
Membicarakan tentang tubuh bisa saja tidak nyaman bagi sebagian orang, apalagi berkenaan dengan peribadatan, di mana peribadatan biasa disematkan kepada yang komunal, bukan individual. Refleksi jasmaniah memang tidak ada dalam sejarah tradisi teologi Kristen, padahal kita mestinya jujur tentang refleksi tersebut, di mana menerima tubuh manusia dan semua keunikannya, keterbatasannya, serta menunjukkannya untuk mengenal kehidupan kita yang melaluinya kita diciptakan dan dipelihara, dan terhubung kembali ke dunia di mana kita memang merupakan bagiannya. Paradigma orang sering kali berbeda mengenai tubuh, namun bagaimana pun tubuh sangatlah berharga. Ia adalah karakter yang unik, jelas tetapi sulit dipahami, tidak terikat oleh fisika mekanistik maupun metafisika, ia mempunyai ritmenya sendiri.             Keberadaan tubuh jelas tidak dapat dihindari, bagaimana kita memandangnya, juga mempengaruhi pilihan-pilihan ketika kita menjalani kehidupan ini; gaya hidup, relasi dengan Allah,