Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2018

Sejarah Natal yang Menyejarah

Gambar
Pertumbuhan Kekristenan di Indonesia yang sangat kental dengan “Kebaratannya”, juga berpengaruh terhadap cara pandang kebanyakan orang tentang sebuah perayaan   Natal. Bahkan, ketika kita menengok kepada “yang lain”, bagaimana pendapat   mereka tentang Natal, maka pendapat yang umum terdengar adalah “Paganisme”. Stigma yang selama ini beredar dalam masyarakat bahwa Natal berasal bukan dari tradisi Kristiani sudah bukan rahasia lagi, namun apakah demikian? Menurut saya, itu jauh dari kebenaran, bahkan terkesan pembenaran, karena tidak ada bukti ataupun sumber yang akurat untuk mengklarifikasi hal tersebut. Oleh karena itu, peristiwa Natal tidak boleh hanya dilihat dari tradisi Barat, dan mengabaikan tradisi Timur. Dalam artikel ini akan dikupas sekilas tentang sejarah Natal itu. Tidak hanya karena maknanya yang begitu penting, namun juga karena sejarah Natal yang menyejarah itu juga penting di zaman yang serba kritis ini. Mungkin kita sering bertanya kepada diri sendiri ataupun

Yi (义) sebagai sebuah ritual dan falsafah hidup dalam Ketionghoaan dan Kekristenan

Gambar
Sejak dari awalnya dalam kehidupan orang-orang Tionghoa kuno sudah memiliki doa-doa maupun ritual-ritual tertentu yang yang ditujukan pada dewa-dewa ataupun pada roh-roh leluhur, dan kepada ShangDi yang merupakan Dewa yang tertinggi, Dewa Langit ataupun Tuhan. [1] Orang-orang Tionghoa percaya bahwa ShangDi bukanlah Tuhan yang jauh, tetapi erat hubungannya dengan persoalan-persoalan kehidupan manusia yang memelihara mereka, menjaga mereka, mencurahkan berkat, dan membantu mereka untuk menjadi yang utama dengan tetap setia pada perintahnya. Doa-doa ataupun ritual-ritual tersebut sangat erat kaitannya dengan falsafah hidup mereka, yang diungkapkan lewat tradisi dan budaya, yang seiring berjalannya waktu, banyak dari tradisi dan budaya tersebut telah mengalami pergeseran maupun pembaharuan makna. Salah satu bentuk dari ritual-ritual yang dilakukan oleh orang-orang Tionghoa kuno tersebut dapat dilihat dalam karakter Yi ( 义 ), yang menurut Konfusianisme merupakan salah satu jalan dari